KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA DALAM AL QUR’AN (Studi Surat Al Furqan Ayat 74 dalam Tafsir Al-Mishbah)

Pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak. Karena itu kewajiban orang tua terhadap anaknya bukan hanya sekedar memberi dan memenuhi kebutuhan lahiriah saja, seperti makan, minum, pakaian dan sebagainya. Tetapi yang lebih utama adalah menanamkan nilainilai agama kepada anak sedini mungkin, karena pendidikan agama yang diterimanya ketika ia masih kecil akan sangat berpengaruh terhadap pengalaman agamanya setelah dia dewasa. Kalau dilihat dari ajaran Islam, mewujudkan keturunan itu di samping alih generasi secara estafet, juga anak cucupun diharapkan dapat menyelamatkan orang tuannya (nenek moyangnya) sesudah meninggal dunia dengan panjatan do’a kepada Allah. Artikel ini mengangkat pemikiran tokoh Islam dalam tafsir Al Quran, yakni Quraish Shihab dalam studi surat Al Furqan ayat 74 dalam tafsir Al-Mishbah tentang Konsep Pendidikan Keluarga Dalam Al Qur’an.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan metode kualititatif dengan jenis studi kepustakaan (Library Research) yang menghasilkan data deskriptif yang berbentuk tulisan tentang orang atau kata-kata orang dan perilakunya yang tampak dan kelihatan. Penelitin ini diharapkan dapat mengetahui tafsir al-Mishbah tentang QS. Surat Al Furqan Ayat 74, serta mengetahui konsep pendidikan keluarga dalam surat al-Furqan ayat 74 menurut tafsir al-Mishbah.
Hasil penelitian menunjukkan 1) Tafsir al-Mishbah tentang QS. Surat Al Furqan Ayat 74 memberikan suatu petunjuk yang sangat jelas bagi umat manusia, bagi umat islam diseluruh dunia tentang membina visi rumah tangga muslim. Ada Empat hal yang menjadi poin utama bagaimana Allah membimbing kita dalam hidup berumah tangga, yaitu a). Pasangan; b). Keturunan; c) Menyejukkan dan d). Pemimpin umat; 2) Konsep pendidikan keluarga dalam QS. Surat Al Furqan Ayat 74 dalam tafsir Al-Mishbah, terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu: a) Memiliki Istri-Isitri yang Menyenangkan Hati; b) Memiliki Keturunan yang Menyenangkan Hati; dan c) Menjadikan Keluarga sebagai Imam Orang-Orang yang Bertakwa